Rabu, 07 Desember 2016

Kecintaan Saya Kepada Buku

Sebagian dari masa kecil saya, saya habiskan ditempat pengungsian, disana saya mempunyai seorang teman yang umurnya 4 tahun lebih tua dari saya. Dia seorang gadis cantik dan anak rumahan, karena sama-sama anak rumahan, kita sering mengahbiskan waktu dengan bermain dan mengekplor lingkungan sekitar. Dan suatu ketika dia meminjankan saya sebuah buku yang pada saat itu (tahun 2000an awal) sedang digandrungi atau digilai oleh anak-anak (bahkan orang dewasa) diseluruh dunia, bahkan hanya untuk membeli buku tersebut orang rela antri dari jauh-jauh hari, guess what ... ? Harry Potter , yah Harry Potter buku yang menceritakan mengenai seorang penyihir yang selalu diburu oleh musuh bebuyutannya,Lord Voldemort. Dari situlah kecintaan saya terhadap dunia baca mulai berawal. 
Pada saat saya duduk dibangku SD ada seorang teman yang juga menyukai buku Harry Potter, bahkan memiliki seri ke 4 dari buku tersebut (Harry Potter and The Goblet Of Fire), dan persahabatan saya dan teman tersebut dimulai berkat si Harry Potter itu. Sejak saat itu, saya mulai melek dengan dunia perbukuan, saya mulai mencari-cari berbagai informasi mengenai buku-buku yang menarik melalui majalah (dikolom atau rubrik mengani ulasan buku) karena berhubung dikota asal saya tidak memiliki toko buku, toko buku hanya ada di ibu kota provinsi yang jaraknya 1 jam lebih kalau menggunakan pesawat atau 1 hari 1 malam kalau menggunakan kapal. Saya juga mengandalkan jaringan pertemanan saya untuk mendapatkan berbagai infromasi mengenai buku. 
Pada saat saya duduk dibangku sekolah menengah pertama, sumber untuk mendapatkan pinjaman buku mulai terbuka sedikit demi sedikit, saya mulai membaca berbagai genre buku, tidak hanya yang berbaua novel atau fantasi saja, saya mulai mengacak-ngacak perpustakan sekolah waktu disuruh untuk membantu membersihkan perpustakaan, saya mulai membaca buku-buku pelajaran sekolah yang saya anggap menarik, buku biologi yang paling menjadi kecintan dan favorit saya, setelah itu buku Bahasa Indonesia, dimana didalamnya dimuat kisah-kiah rakyat dari berbagai dearah di Indonesia. 
Pada saat saya duduk dibangku sekolah menengah atas (SMA) kecintaan saya kepada buku semakin bertambah, hal tersebut diawali dari sebuah oleh-oleh yang diberikan papa waktu sepulang bertugas dari luar kota. Papa mengadiahi saya berbagai buku, tetapi yang paling mencuri perhatian saya adalah buku yang berjudul The Alchemist dan The Pilgrimage yang ditulis oleh penulis Brasil bernama Paulo Coelho, sejak saat itu kecintaan saya kepada buku dan dunia membaca semakin menjadi-jadi, Sampai saat ini saya mengoleksi lebih dari 50 buah buku (hehe koleksi saya masi remah-remah ya kalau dibandingakan dengan orang lain ), pada umumnya koleksi buku saya itu dari penulis-penulis yang karyanya sudah saya baca dan saya gemari tulisannya, seperti Paulo Coelho, Jhon Green, Ernest Hemingway, J.R.R Tolkiens, Mitch Albom, Agustinus Wibowo, dll. Sekarang ini saya masi dalam misi untuk mengumpulkan buku-buku dari pengarang-pengarang tersebut dan tidak menutup kemungkinan untuk mengolkesi buku-buku dari pengarang-pengarang lainnya. 
Sebagian dari koleksi buku-buku oleh Paulo Coelho 

Sebagian dari buku-buku karangan MItch Albom (sampai saat ini saya sudah memiliki 5 buku karangan beliau)

Mencicipi Nirwana



Setiap dari kita memiliki definisi atau bayangan tersendiri mengenai nirwana (surga), tapi disini saya akan sedikit mengambarkan nirwana itu sendiri ke dalam konsep makan, hahaha, lah kok makanan? iya, makanan yang saya maksudkan disini adalah pisang goreng enbal, pisang goreng khas kepulaun Maluku Tenggara, salah satu gugusan kepualauan yang berada di pulau Maluku sana. Bagi saya untuk mecicipi nirwana itu sendiri tidak perlu muluk-muluk dengan mengalami kematian terlebih dahulu, bagi saya mencicipi nirwana sudah dengan mencicipi sepotong pisang goreng enbal (apa lagi makanannya pakai sambal ) hmmm, sedap. 
  
Pisang goreng enbal (nirwananya saya ^.^ )
Source : google imagae 
Pisang goreng enbal itu sendiri merupakan camilan khas dari Maluku tenggara, teman-teman tidak bisa menemukannya di tempat lain. Pisang goreng enbal ini sendiri juga merupakan camilan favorit saya dan adik-adik saya, kita sering berebutan makan kalau sudah disajikan pisang goreng yang satu ini, kini tinggal dan sudah merantau jauh dari tempat asal saya (Maluku tenggara) selalu ada rindu untuk mencicipi nirwana versi saya ini, saya yang hanya bisa berharap dari teman-teman yang  sedang libur ke kampung halaman, berharap sedikit oleh-oleh berupa nirwana ini. Kenapa saya dengan enteng-entengnya mengambarkan nirwana hanya dengan sebuah makanan berupa pisang goreng enbal ? Hal itu disebabkan karena bagi saya pisang goreng enbal bukan hanya sekedar makanan, tradisi suku Kei (suku asli yang mendiami pulau Maluku tenggara) dimana pada waktu sore hari, ketika semua anggota keluarga sudah berkumpul dirumah tanda seluruh aktivitas mereka (sekolah maupun bekerja) sudah selesai, sore hari adalah waktu untuk berkumpul dengan keluarga maka diadakanlah acara minun teh/kopi dan selalu ditemai oleh pisang goreng enbal ini ataupun gorengan/camilan lainnya, tapi bagi saya pisang goreng enbal selalu spesial dan punya tempat tersendiri di hati, bagi saya mecicipi sepotong pisang goreng enbal tersebut seperti mencicipi nirwana, rasanya yang begitu khas, pisang dipadu dengan tepung dari enbal (makanan khas dari masyarakat Kei,berupa singkong beracun yang diolah sedemikian rupa) dan kalau memakannya ditempat perantaun seperti selalu menimbulkan rasa rindu terhadap kampung halaman, yang menjadi nirwana (surga) tersembunyi itu.